loading...
Memang tak sangka la kan, seorang kakak boleh pula ajar adiknya yang berusia 5 tahun main 'benda yang bukan-bukan' masa ibunya tak ada dirumah.!! Korang TENGOK la sendiri.
Rumah yang jauh dari keramaian serta hanya ditemani oleh seorang anak lelaki berusia 8 tahun, benar-benar membuat stress fikiran ibu Zara.
Pikirannya kembali terkenang saat ibu dan anak tersebut menonton TV. Ibu Zara membayangkan saat-saat percintaannya dengan suaminya.
Begitu romantis dan indahnya hidup saat itu. Airmatanya tak dapat menahan celah-celah kelopak matanya.
“Ibu, jangan menangis ya..”, seorang anak berumur 8 tahun menghapus airmatanya.
“Tidak, nak.. Ibu hanya teringat dengan bapakmu”, matanya sembab memandang anaknya.
Diusapnya rambut anaknya dengan kasih sayang. Diciumnya rambut anaknya, pipi dan bibir anaknya.
Anak kecil yang tidak tahu apa itu membalas ciuman ibunya dengan kasih sayang. Ibu Zara seperti menemukan gairah hidup, semangat membara.
Desiran darahnya perlahan-lahan berusaha naik, menguasai saraf-saraf birahinya. Ibu Zara benar-benar terlena dengan keadaan itu.
Dilumatnya bibir anaknya dengan sedikit nakal. Seolah-olah roh suaminya masuk kedalam raga anaknya.
Anak kecil berumur 8 tahun, pandai memberikan rangsangan birahi kepada ibunya. Diremasnya susu ibu yang masih terbalut pakaian.
Satu persatu dibukanya kancing pakaian ibunya. Ibu Norma membiarkan kenakalan tangan anaknya. Pikirannya berkecamuk antara dua sisi black and white.
Antara birahi dan sayang bezanya sangat tipis. Saat sekujur tubuh telah dirasuki saraf-saraf nakal birahi, saat itulah nafsu akan muncul.
Lumatan bibir kedua anak manusia yang dibatasi oleh status hidup, Ibu dan anak makin menjadi-jadi. Ibu Zara begitu agresif melumat bibir anaknya.
Dengan pakaian yang telah terbuka dan susu yang menggantung, ibu Zara membuat kemaluan anaknya menjadi keras. Perlahan-lahan dibukanya seluar pendek anaknya.
Kemaluan kecil tersebut tidak malu-malu lagi mendongak ke atas. Sepertinya kemaluan kecil tersebut masih bingung menunggu intruksi dari ibunya.
Dengan lembut tangan ibu Zara meremas kemaluan kecil anaknya. Berkali-kali diusapnya ujung kemaluan anaknya.
Terlihat mata si kecil terpejam merasakan sensasi yang sangat luar biasa dan pertama baginya. Dengan tanpa disangka-sangka, ibu Zara melepaskan pagutan-pagutan dibibir anaknya.
Bibirnya kemudian mencium kemaluan anaknya. Dari ujung kemaluan kecil tersebut hingga kedua pentol anaknya dilumatnya tanpa sisa.
Dikulumnya kemaluan tersebut, dihisapnya dengan perlahan-lahan, maju-mundur kepala ibu Zara memasukkan kemaluan anaknya hingga memenuhi rongga-rongga mulutnya.
Birahi ibu Zara meledek-ledak membakar setiap sendi-sendi tubuhnya. Menjalar dari atas menyelusupi setiap tubuhnya hingga memuncak, membuatnya kehilangan daya pikir.
Dilepasnya seluruh pakaiannya hingga tubuhnya nampak tanpa ditutupi sehelai benang pun.
Kedua susunya menggantung bebas menantang seakan ingin memamerkan kepada anaknya.
Jamah diri ibumu sayang, reguk setiap tubuhku, nikmati nikmati kenikmatan duniawi ini bersama ibu. Seakan mengerti atau naluri ibu Zara, sikecil segera menghisap puting ibunya.
Srep… srep…. bunyi hisapan mulut anaknya menghisap susu ibunya. Hisapan yang berbeda saat sikecil menyusui mencari air susu ibunya.
Begitu tidak tahan birahinya. Dengan perlahan ibu Norma merebahkan badannya di sofa merah tersebut.
Kedua pahanya terbuka menantang, mempertontonkan kemaluannya. Berkedut-kedut vagina ibu Zara pertanda birahinya begitu memuncak.
Dituntunnya kemaluan anaknya memasuki lubang vaginanya. Tiada kata-kata yang dapat diucapkan, hanya ngerangan nafas birahi ibu Zara dan bunyi paha keduanya beradu menimbulkan bunyi persetubuhan yang khas.
Mata anaknya sedikit terpejam merasakan sensasi pertama baginya. Otot-otot kemaluannya sedikit memerah, menampakkan goresan.
“Ah ah ah” dari mulut anak kecilnya terdengar sembari menggoyangkan badannya. Maju dan mundur.
“Trus trus sayang.. ah.. ohh..” Ibu Norma melenguh memejam matanya.
Rupanya kenikmatannya telah sampai. Pikirnya, walaupun kemaluan anaknya tidak begitu besar khas kemaluan anak-anak, rupanya dapat juga membuat dirinya terlena.
Cengkeraman dinding vaginanya tidak begitu erat mencekram kemaluan anaknya. Dengan bebasnya kemaluan anaknya maju dan mundur mengikuti irama persetubuhan kedua orang manusia.
“Ibu.. aku mau piipiiss..” Sambil menarik badannya, sehingga keluar sperma dari ujung kemaluan anaknya.
Muka dan buah dada ibu Zara terciprat oleh sperma anaknya. Anaknya hanya terpaku memandang kemaluannya yang masih tersisa ceceran sperma.
Sedikit demi sedikit ceceran spermanya jatuh pada paha ibu Zara. Ibu Zara hanya tersenyum melihat sikap anaknya yang bingung.
Mungkin dia berpikir keluar air kencing, sehingga menarik kemaluannya, padahal kalau di keluarkan didalam sensasinya akan lain. Dasar anak-anak, pikir ibu Zara.
from Pencuri Viral http://ift.tt/2fs4jzN
via IFTTT