Anak lelaki 'HAMILKAN' ibu kandung sendiri selepas berpisah dengan suami.!!

loading...


Rumah sudah kelihatan sepi tinggal aku dan ibu yang ada dirumah, setiap harinya. Aku menuju ke ruang makan untuk sarapan, tapi hari in tidak ada nasi atau roti yang biasanya disediakan oleh ibuku.

Kemana ibu ini, padahal perutku sudah sangat lapar sekali. Aku pergi ke dapur, tapi ibu tak ada di sana, akhirnya ku putuskan untuk mencarinya di bilik.

Pintu bilik sedikit terbuka saat aku sampai disana. Dan jantungku tiba-tiba berdebar-debar saat dari sela-sela pintu kulihat sosok tubuh mulus, tanpa sehelai baju sedang berdiri di depan cermin.

Ibuku sedang asyik mengamati tubuhnya, sesekali ibu memutar badannya dan kedua tangannya sesekali meremas kedua payudaranya yang dulu sering ku hisap saat masih kecil dan meraba pinggangnya yang kecil.

Umur ibuku yang baru 34 tahun tak menghalangi kekagumanku pada kemulusan dan keseksian tubuh Ibu.

Lama kelamaan aku jadi terangsang melihat tubuh telanjang Ibuku tersebut. Berkali-kali aku menelan air liur melihat pantat ibu yang kelihatan masih padat dan bulat, dan tanpa sedar tubuhku terkena pintu bilik sehingga bunyi pintu yang terbuka mengejutkan ibu aku sendiri.

Ibu memandangku sambil melutut karena merasa malu melihat anaknya sedang melihatnya bertelanjang bulat, tapi anehnya aku tak merasa takut atau malu.

Aku malah menikmati pemandangan di depanku, tubuh putih mulus dengan buah dada yang bulat dan kemaluan yang penuh dengan rambut hitam.

“Ryan, sejak bila.. kamu di situ?!” tanya Ibuku sambil menahan amarah.

Aku hanya tersenyum kecil, karena melihat ibuku yang tiba-tiba bangun dan memegang pinggangnya dan tidak menutupi kemaluan maupun buah dadanya.

“Salah Ibu sendiri tidak menutup pintu, atau ibu sengaja supaya Ryan mengintip..”kataku sambil mendekati ibu.

Tiba-tiba tangan kanan ibu melayang hendak menampar pipiku, tapi aku lebih cepat dan menangkap tangan Ibu.

Dengan gerakan cepat tubuh ibu sudah berada dalam pelukanku, kini aku dapat merasakan harum dan mulusnya tubuh ibuku sendiri. Ibuku meronta dan mencoba melepaskan diri.

Namun kedua tanganku cukup kuat untuk menahan tubuh ibuku dalam pelukanku.

“Ryan.., lepaskan!! Aku Ibumu ..jangan lakukan ini kepada Ibu, nak..!”

Aku tak peduli lagi, leher ibu yang jenjang jadi sasaran mulutku. Pipinya juga tak luput dari ciuman bertubi-tubi dan penuh nafsu dari mulutku.

Ibuku terus meronta tiada henti dan membuat kami terjatuh ke tempat tidur, kesempatan ini kugunakan untuk menindih tubuh ibuku dan membuka baju yang kupakai.

Tangan kananku memegangi kedua tangannya, tangan kiriku mencoba membuka seluar pendekku.

Untung aku tidak memakai seluar dalam, hingga dalam sekejap aku sudah telanjang bulat seperti ibuku.

Tanpa pemanasan lebih lanjut aku mencoba mencari lubang kemaluan ibu dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya, tapi posisi ibu yang meniarap menyulitkanku untuk dapat memasukkan kontolku ke lubang vagina ibu.

Apalagi ibu tak henti-hentinya meronta dan mencoba mendorong tubuhku. Akhirnya tubuh ibu sedikit kumiringkan dan dengan bantuan tangan kiriku yang bebas, kontolku dapat menemukan kemaluan Ibuku.

Aku kembali menusuk kemaluan ibu yang seret karena tidak begitu basah dan kontolku yang besar.

Tapi aku tidak putus asa, dengan sedikit usaha dan terus memaksa akhirnya kontolku bisa masuk seluruhnya ke memek Ibuku.

“..Aghh….!!” Ibu berseru sedikit sakit karena kontolku yang memaksa masuk.

“..Ryan.. tolong.. berhenti.. aku Ibumu..!!” Aku diam saja karena sibuk memasukkan dan mengeluarkan kontolku dari lubang vagina Ibu.

Tubuh ibu yang terus meronta sedikit membantuku dalam menggoyang tubuhnya, kemaluanku keluar masuk dengan agak mulus dan cepat, rupanya ibu lelah meronta terus dan kelihatan pasrah karena mendadak tubuhnya berhenti meronta.

Aku langsung membalikan tubuh ibuku sehingga posisinya kini telentang, sementara kontolku masih di dalam memek ibuku, kembali aku menghinjut tubuhku dan kontolku semakin cepat keluar masuk dari lubang kemaluan ibuku itu.

Mulusnya gerakan kontolku terbantu karena vagina ibu mulai mengeluarkan cairan kewanitaannya, dan ibu pun banyak diam serta sesekali mendesah kecil.

Mata ibu sedikit tertutup dan kelihatan sayu sekali. Aku yang mengira ibu sudah bergairah menjadi bersemangat dalam bergerak maju dan mundur.

Payudara ibu yang basah oleh keringatnya kuciumi dengan panuh nafsu, putingnya kuisap-isap lembut, dan sesekali kugigit.

Ibu sedikit menggeliat saat kuperlakukan seperti itu. Kedua kaki ibuku kuangkat keatas sehingga lubang kemaluannya sedikit menyempit.

Aku menggerakan pantatku sedikit lambat dan saat memajukan kudorong pantatku agak keras.

Ibu rupanya suka dengan gerakan ini karena desahan ibu semakin keras, bahkan kini aku dapat merasakan pantat ibu bergoyang untuk mengimbangi gerakanku, aku jadi bertambah bernafsu untuk dapat mengentoti ibuku lebih lama lagi.

Tubuh ibuku kembali kubalik dan kini posisi tubuh ibuku menyerupai gaya anjing. Ibu yang sudah pasrah menuruti keinginanku.

Menerusi gaya anjing ini aku terus memasukkan dan mengeluarkan kontolku dengan cepat, kemaluan ibu yang kini benar-benar basah memudahkan gerakan kontolku menelusuri liang vagina tempat aku dulu lahir.

Akhirnya aku tak tahan lagi dengan cepat aku menghujamkan kontolku dalam-dalam ke lubang kemaluan ibuku saat kepuasan itu datang, dan air maniku pun memancut begitu deras dan banyak, membasahi memek ibu.

“Keluar Ryan… tinggalkan Ibu sendiri, tolong?!”, tangan ibu menunjuk ke arah pintu bilik.

Aku hanya angkat bahu dan memakai pakaianku serta pergi dari situ. Sebelum pergi aku menatap wajah ibuku, tapi dia membuang muka.

Akupun keluar dari kamar orang tuaku, di kamarku aku baru merenungi perbuatanku sendiri, tapi entah kenapa aku malah benar-benar merasa sangat puas setelah mengentoti ibuku sendiri.

Hampir satu setengah jam aku diam di kamar, semakin lama aku berpikir aku malah menikmati bayangan saat aku dan ibu bercinta tadi.

Gairahku kembali bangkit membayangkan harum tubuh ibuku dan permainan yang baru kujalani.

Kemaluanku kembali mengeras, saat ini aku benar-benar perlukan memek ibuku lagi. Tanpa pikir panjang lagi aku segera keluar kamar dan mencari ibuku di biliknya tapi ibu sudah tidak ada di biliknya.

Aku pun mencarinya di ruang tengah, ternyata tidak ada juga. Saat itu kulihat ibu sedang di dapur dan sedang memasak air.

Ibu memakai daster tanpa lengan, dan lekuk tubuhnya yang ramping semakin membuatku bernafsu untuk segera bercinta dengan ibuku.

Ibu melihat kedatanganku, ibu sedikit mundur kebelakang saat aku mendekatinya.

“Kamu mau apa lagi …?” suara ibu sedikit bergetar.

Aku tak menjawab, tangan kananku merengkuh pinggang ibu yang kecil. Dalam sekejap tubuh ibu sudah dalam pelukanku, tapi aneh ibu tidak meronta atau mendorong tubuhku.

Ibu hanya diam dan saat lehernya kuciumi ibu masih diam tak bereaksi.

“Ryan… kalau kamu menginginkan tubuh ibu, tolong jangan pernah mengeluarkan air mani kamu di dalam..” suara ibu terdengar tertekan di telingaku.

Aku yang mendapat ‘angin’, bertambah nafsu lagi, dengan sedikit terburu-buru aku melepas daster ibu, dan aku sedikit terkejut melihat ibu tidak memakai seluar dalam maupun bra.

Aku mencari mulut ibu, dan bibir ibu kulumat dengan penuh gairah. Ibu yang sudah pasrah membalasnya dengan hangat, dan dapat kurasakan lidah ibu bermain di rongga mulutku dengan liar.

Kami berciuman lama sekali sehingga hampir membuatku kehabisan nafas, dan ibu sendiri terengah-engah saat kulepas bibirku dari bibirnya.

Aku lalu meminta ibu untuk telentang di meja makan. Tubuh ibu menjadi sasaran mulutku saat ibu tidur di meja. Payudaranya kuremas dan kujilati, putingnya yang mengeras kuisap-isap seperti waktu aku bayi.

Ibu mendesah-desah tak henti-hentinya mendapat perlakuan tersebut. Mulutku kembali mencari sasaran berikutnya, perut ibu kuciumi sebentar dan berikutnya kankang ibu sudah di depan mukaku.

Kemaluan ibu yang hitam karena penuh dengan bulu jembut, kuusap-usap dengan lembut, mulutku kubenamkan di kemaluan yang melahirkanku 19 tahun yang lalu.

Liang vagina ibu yang basah memancarkan aroma yang menggairahkan, lidahku menjilati bibir vagina ibu yang agak menggelambir di kedua sisinya.

Dinding-dinding vagina ibu tak luput dari lidahku dan kelentit ibuku yang sebesar kacang juga ikut kujilati dengan penuh nafsu.

Suara ibu yang mendesah dan melenguh mengiringi jilatan lidahku pada kemaluan ibuku.

Nampaknya ibu benar-benar menyukai oral sex yang kuberikan. Puas menjilati kemaluan ibu aku naik ke atas meja, kusodorkan kontolku pada mulut ibu yang langsung melahap kontolku dengan ganasnya.

Kontolku tenggelam dalam mulut ibu yang kecil. Ibu hampir termuntah saat mencoba menelan kontolku seluruhnya. Mulut ibu terus melahap kemaluanku dengan cepat dan liar.

Hingga kemaluanku berkilat akibat ludah ibu yang menempel di kemaluanku. Ibu benar-benar ganas saat mempermainkan kontolku dengan mulutnya.

Hampir saja air maniku terkeluar karena kenikmatan yang diberikan mulut ibuku pada kontolku.

Segera saja aku menyuruh ibu melepaskan kontolku dan aku pun turun ke bawah, dengan posisi berdiri aku memasukkan kontolku kedalam lubang kemaluan ibuku yang sudah basah kuyup.

Kali ini aku tidak mengalami kesulitan, dan dengan mulusnya kontolku tenggelam dalam memek ibu.

Aku pun bergerak maju muindur dengan cepat, sementara ibu langsung menggoyangkan pantatnya dengan lambat.

Aku dapat merasakan nikmat vagina ibu yang mencengkeram erat kontolku.

Ibu mengangkat pantatnya untuk menyambut hunjaman kontolku yang akan masuk kedalam memek ibu. Permainan berlangsung cukup lama dan ibu kelihatan begitu menikmatinya.

Makin lama desahan ibu semakin keras, dan kedua tangan ibu mencengkeram bahuku. Rupanya ibu hampir mencapai puncak kenikmatannya.

Aku semakin mempercepat gerakanku, dan ibu pun mempercepat goyangan pantatnya. Dan saat Ibu mencapai orgasmenya, tubuhnya menegang dan memeknya kurasakan semakin basah.

Aku lalu berhenti bergerak dan memeluk tubuh mulus ibu untuk memberinya kesempatan menikmati orgasmenya.

Aku kemudian mengangkat tubuh ibuku dari meja sementara kontolku masih di kemaluan ibuku. Kududukkan tubuh ibuku di kursi, dan kembali aku memajukan dan memundurkan pantatku.

Ibu yang sudah lemas, pasrah dengan aksiku. Tubuhnya terguncang-guncang menerima gerakanku yang cepat.

Tangan ibu melingkar di pinggangku dan ikut memajukan badanku saat memasukkan kontolku kedalam memek ibuku.

Posisi ini tak juga membuatku mencapai puncak kenikmatan, padahal ibu sudah kelihatan letih dan sedikit mengimbangi dengan goyangan pantatnya.

Aku lalu melepas kontolku dari memek ibuku dan berdiri, aku menyuruh ibuku menungging di lantai.

Ibu menurut dan turun ke lantai dengan posisi menungging. Ibu tentu menyangka aku mau memasukkan kontolku ke memeknya dari belakang.

Tapi bukan itu maksudku, aku ikut menungging dan mulutku menjilati anus ibu. Sesekali ibu jariku menusuk anusnya agar lubangnya membesar.

Ibu terkejut dengan kelakuanku,.

“Ryan… jangan, jangan dari anus ..”, Ibu menoleh ke arahku dan memohon.

“Itu sakit sekali…”. Aku cuman tersenyum kecil dan terus menjilati anus ibuku sampai basah.

Setelah kurasa cukup, kedua tanganku memegangi pantat ibu dan melebarkannya sehingga lubang anus ibu kelihatan.

Saat kepala kontolku mencoba masuk, ibu menjerit kecil dan terjatuh. Posisi tubuhnya kini menelungkup, aku terus berusaha melebarkan lubang anus ibuku agar dapat cukup dimasuki kontolku.

Ibu semakin menjerit tertahan, begitu batang kontolku masuk kedalam lubang anus ibu. Dan saat kontolku masuk seluruhnya kedalam lubang anus ibuku, ibu mencengkeram kaki kursi kuat-kuat.

Lubang anus ibuku yang seret membuat kontolku susah payah untuk masuk keluar. Tapi hal itu malah membuatku semakin merasakan kenikmatan yang tiada tara.

Sementara ibu hanya menahan sakit dan perit di sekitar anusnya. Kenikmatan mengentoti anus ibu membuat ku cepat mencapai ejakulasi.

Begitu aku merasakan air maniku mau keluar aku segera melepas kontolku dari anus ibu. Tubuhnya dengan cepat kubalikkan sehingga posisi ibu terlentang.

Dan belum sempat ibu mencegah aku sudah menghujamkan kontolku kedalam lubang kemaluan ibu dan berejakulasi dengan kepuasan yang tiada tara.

Seluruh batang kontolku kubenamkan dalam-dalam dan mengeluarkan cairan panas yang banyak kedalam lubang vagina Ibu.

Aku terjatuh disamping tubuh ibuku yang penuh keringat dan masih sedikit kesakitan akibat anusnya yang kutembus tadi.

“Ryan.. kenapa kamu keluarkan didalam…? Dan kamu masuk.. dari anus lagi..”?

Aku cuman tersenyum dan mencium bibir ibu dengan lembut. Aku bangkit dan memakai pakaianku dan menuju bilikku untuk mandi, sementara ibu masih tidur terlentang di lantai dapur.

Semenjak aku bebas untuk bercinta dengan ibuku sendiri, ibu tidak menolak kalau kuajak bercinta di mana saja.

Kini baru ku ketahui bahawa ayah terkena penyakit impotensi sehingga tidak mampu bercinta dengan ibu semenjak dua bulan yang lalu.

Aku satu-satunya orang yang bercinta dengan ibu setelah ayah tak mampu lagi bercinta.

Setiap hari kami bebas untuk bercinta karena di rumah sangat sepi, bahkan kalau malam, aku sering meminta ibu datang ke bilikku untuk melayaniku.

Ibu yang memang masih bergairah tak pernah menolakku, dan ibu termasuk wanita dengan gairah yang besar.

Pernah saat aku mandi, ibu tiba-tiba masuk kedalam dan langsung mengajakku bercinta padahal saat itu ayah sedang menonton TV di ruang tengah dengan ditemani keluarga adik ayahku.

Saat aku menemani ibu belanja di supermaket, dan saat pulang tanpa disangka ibu mengajakku bercinta di dalam kereta saat berada di garaj.

Padahal aku takut ayah tiba-tiba muncul karena mendengar kereta masuk garaj.

Tak hairan satu setengah bulan kemudian ibu positif hamil. Tapi anehnya ibu tidak menggugurkan kandungannya itu.

Saat ayah mengetahui hal itu, beliau marah besar dan menceraikan ibu karena ibu tidak mau mengatakan siapa yang menghamilinya.

Selepas ayah pergi dari rumah aku semakin bebas bercinta dengan ibuku. Walaupun ibu sedang hamil mengandung anakku.

Aku benar-benar tak dapat membayangkan saat ibu melahirkan karena aku yang dulu dilahirkan oleh ibu kini punya anak yang juga dilahirkan oleh wanita yang sama dengan yang melahirkanku.










About BaruLaViral

Powered by Blogger.
LIKE,SHARE PAGE DAN KLIK (X) UNTUK BACA Button Close